Pemadaman Listrik Berulang Ganggu Aktivitas Warga
Pemadaman listrik yang terus terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti kembali menjadi sorotan tajam. Warga merasa aktivitas harian mereka terganggu karena listrik padam hampir setiap hari. Situasi ini bukan hanya menghambat kenyamanan, tetapi juga mengganggu roda ekonomi masyarakat kecil.
Banyak warga menilai pelayanan PLN semakin menurun. Mereka menilai jadwal pemeliharaan jaringan terlalu kaku dan kurang transparan. Akibatnya, pemadaman bergilir terasa seperti “ritual bulanan” yang harus diterima tanpa penjelasan memadai.
UMKM Jadi Korban Terberat
Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) paling terpukul oleh kondisi ini, terutama di sektor kuliner seperti kedai kopi, rumah makan, dan coffee shop yang sangat bergantung pada listrik.
Setiap kali listrik padam mendadak, mesin espresso berhenti bekerja, pesanan batal, dan pelanggan pergi. Kerugian bisa mencapai ratusan ribu rupiah per jam. Tak sedikit pelaku usaha yang mengaku kehilangan omzet hingga separuh dari biasanya.
Pedagang malam pun ikut merasakan dampaknya. Mereka yang mengandalkan penerangan listrik untuk menarik pembeli kini harus rela dagangannya tak terlihat di kegelapan. Saat lampu padam, pembeli menghilang, dan hasil kerja seharian pun lenyap.
Peralatan Rusak, Kerugian Semakin Besar
Pemadaman mendadak juga menimbulkan risiko lain: kerusakan alat elektronik. Banyak pelaku usaha mengeluh kulkas, mesin pendingin, dan peralatan dapur mereka rusak karena arus listrik tak stabil.
Kerugian yang muncul tidak lagi sekadar kehilangan omzet, tapi juga biaya perbaikan alat yang bernilai jutaan rupiah. Kondisi ini membuat semangat wirausaha masyarakat Meranti perlahan memudar.
Suara Pengusaha Muda: “Semangat Dagang Kami Ikut Padam”
Bendahara Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kepulauan Meranti, Fitriadi Mirtha atau akrab disapa Adi Dikopi, turut menyuarakan keresahannya.
“Banyak pelaku usaha, terutama di sektor kuliner, mengalami penurunan omzet karena pelanggan enggan datang ke tempat yang gelap. Pemadaman yang berulang bukan hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga mengancam keberlangsungan usaha,” tegasnya, Jumat (24/10/2025).
Fitriadi juga menilai pelayanan PLN tidak sebanding dengan beban yang ditanggung masyarakat.
“Ini bukan cuma soal rugi uang, tapi soal semangat dagang yang padam. PLN untung triliunan di 2025, tapi pelayanan ke masyarakat? Babak belur. Lapor ke 123 pun tak ada hasil, sementara tarif listrik naik sampai 50%,” ujarnya dengan nada kesal.
UMKM, Tulang Punggung Ekonomi Daerah
Fitriadi menegaskan bahwa UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Kepulauan Meranti. Karena itu, PLN dan pemerintah daerah harus bertindak cepat menyelesaikan masalah ini.
“Kami berharap ada langkah konkret dari PLN. Jangan biarkan pelaku usaha kecil terus menanggung kerugian akibat layanan listrik yang tidak stabil. Pemerintah daerah juga harus turun tangan,” katanya.
Menurutnya, kestabilan pasokan listrik adalah kunci tumbuhnya investasi dan kepercayaan publik terhadap pemerintah maupun PLN. Jika pemadaman terus dibiarkan, banyak pelaku usaha terancam gulung tikar.
Kerugian Capai Miliaran Rupiah
Data yang dihimpun menunjukkan bahwa kerugian pelaku UMKM akibat pemadaman listrik di Kabupaten Kepulauan Meranti tahun ini diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Sektor kuliner malam menjadi yang paling terdampak karena sangat bergantung pada pasokan listrik yang stabil.
Saatnya PLN Menyalakan Pelayanan
Kritik terhadap pelayanan publik adalah bentuk kepedulian warga terhadap kemajuan daerah. Masyarakat berharap PLN tidak lagi bersembunyi di balik alasan teknis.
Sudah saatnya PLN menyalakan kembali pelayanan — sebelum semangat UMKM benar-benar padam di tengah kegelapan.
Source : https://catatanriau.com/
Laporan : Dwiki




Users Today : 70
Total Users : 13141
Views Today : 118
Total views : 42745